Edisi Cetak Diterbitkan PUSTAKA MELAYU Tahun 2005

Senin, 19 Januari 2009

Juaro 18

SEMESTER pertama kuliah, Putra banyak menghabiskan waktu dengan menelusuri Kota Palembang, terutama perkampungan di tepian Sungai Musi. Setiap kali melihat Sungai Musi dia merasakan getaran yang luar biasa. Berulangkali dia mandi di air sungai yang pernah memiliki 316 anak sungai itu. Puluhan foto perempuan yang mencuci, anak-anak yang mandi, bermain perahu atau sepakbola di pinggiran Sungai Musi menjadi koleksinya. Pempek, godo-godo, lempok atau laksan menjadi makanan pilihannya setiap pagi.
“Aku harus menjadi wong Palembang.”
Tetapi, kebahagian Putra sering pupus ketika dia menyadari kehidupan masyarakat di tepian Sungai Musi itu memprihatinkan; kumuh dan miskin, bagai ratusan ikan di Sungai Musi yang mati perlahan karena limbah amoniak.
Perkampungan yang dinilai Putra kumuh itu adalah hampir semua perkampungan di sepanjang Sungai Musi bagian Ulu, kecuali perkampungan etnis Arab. Lainnya dari Kertapati, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14 Ulu, dan Hoktong merupakan kawasan kumuh.
Sementara perkampungan kumuh di bagian Ilir, antara lain Tanggabuntung, 35, 34,30, 29, 28, 1 Ilir, dan Kuto Batu.
Akibat kemiskinan, rumah-rumah panggung milik warga tak terawat; tiang-tiang rumah yang dulunya dari kayu Tembesu, diganti dengan kayu Gelam.
Lorong-lorong di perkampungan itu sempit dan dipenuhi sampah. Di kolong-kolong rumah panggungnya, ratusan ribu manusia hidup di dalam kelembaban.
Rumah-rumah rakit pun kian berkurang jumlahnya. Pemiliknya sebagian besar pindah atau menetap di darat. Mereka tidak kerasan lagi di rumah rakit.
Alasan mereka, arus lalu lintas di sepanjang Sungai Musi tidak tenang lagi. Berbagai kapal tongkang yang membawa batu bara, semen atau pasir yang melintasi Sungai Musi, setiap hari, meninggalkan ribuan gelombang yang menghempas rumah panggung mereka.
Selain itu, limbah amoniak dari pabrik PT Pupuk Sriwijaya, limbah “tai” minyak Pertamina, atau limbah dari pabrik karet dan penggergajian kayu di tepian Sungai Musi, juga menyebabkan mereka terancam berbagai penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar