Edisi Cetak Diterbitkan PUSTAKA MELAYU Tahun 2005

Minggu, 25 Januari 2009

Juaro 23

SEUSAI menulis laporan seminar mengenai HAM, Putra dan Melki merasa sangat lelah. Mereka terbaring di kasur, di sebuah kamar di Hotel Bidadari, Jalan Tasik, Palembang.
“Melki, kagek malam kito ke kafe itu, kito cari budak semalem itu. Badannya bagus. Manis pulo. Aku sir nian. Dio itu pecak Madonna,” kata Putra.
Putra menyukai perempuan bertubuh gempal, tinggi, serta berbuah dada besarmeskipun tinggi tubuh Putra hanya 145 centimeter. “Memperbaiki keturunan,” kelakarnya. Tetapi, Putra sendiri sudah jatuh cinta dengan Yulia, teman satu kampus. Tubuhnya kerempeng, tingginya sama dengan Putra dan mengenakan jilbab. Tidak mau Putra menyalurkan nafsu purba kepada Yulia. Takut berdosa. Namun, dia tidak begitu yakin mampu menahan nafsu purba dengan Yulia.
“Dio itu bukan untuk nafsu-nafsuan. Dio calon bini aku.”
Melki dan Putra menghabiskan beberapa loki vodka dan beberapa botol bir, sambil menikmati musik blues yang didendangkan “negro melayu” di sebuah cafĂ© tak jauh dari hotel itu.
Pulangnya Putra mengandeng seorang perempuan muda, sementara Melki melunasi utang tidurnya.
Di kamar hotel, Putra menjadi penyair yang patah hati. Chairil Anwar dan W.S. Rendra bergantian masuk ke mulutnya. Satu rasa sejuta kata. Mengumbar bunga, madu dan mendatangkan musim salju yang berabad-abad telah hilang di kamar. Perempuan itu kedinginan. Dia menggigil. Dia memeluk pergunungan Himalaya.
Sejenak kemudian Putra menjadi Spiderman. Dia meloncat, menempel di dinding, bergantung di langit-langit kamar hotel. Jaring laba-laba menyesaki mereka. Perempuan itu sulit bernafas. Dadanya sesak. Naga purba merayapi tubuhnya. Keringat bercucuran di seluruh tubuhnya. Keduanya kemudian menghancurkan televisi, menghentikan siaran berita tentang pengukuhan George W. Bush menjadi Presiden Amerika Serikat. Mereka meraih dan mengelus bintang sampai subuh.
“Semoga kito ketemu lagi. Awak hebat nian,” kata Putra.
Perempuan itu dimasukkan Putra ke dalam kantong kresek. Dijinjing pelayan hotel. Di pinggir jalan perempuan itu menunggu anjing mencium bau tulangnya, lalu, berharap menyeret dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar