Edisi Cetak Diterbitkan PUSTAKA MELAYU Tahun 2005

Minggu, 25 Januari 2009

Juaro 20

MALAM di kamar kos Putra di kawasan Bukitbesar, digelar sebuah diskusi mengenai kepemimpinan Soeharto.
“Negara ini dikendalikan kapitalisme global. Soeharto adalah anteknya. Ini terbukti karena sejak awal kepemimpinanya dia sudah berutang dengan negara asing, dan memberikan peluang kepada negara asing menanamkan modalnya ke negara ini. Makanya negara ini hancur karena terjual ke negara-negara asing yang rakus itu,” kata Putra.
Pernyataan Putra itu menarik perhatian seorang peserta diskusi yakni Beben dari LBH Swarna Bhumi. Di dalam penilaian alumnus Fakultas Pertanian Universitas Balaputra Dewa itu jarang sekali ada seorang mahasiswa yang kritis dan berani di Palembang, seperti Putra, apalagi mahasiswa Universitas Balaputra Dewa, yang konon pernah dikirimi pakaian dalam perempuan oleh mahasiswa Universitas Indonesia lantaran dinilai penakut.
“Kau mau dak jadi voulenter di LBH. Kalau mau, kagek aku usulke ke Kak Din, direktur kami,” kata Beben.
Tanpa berpikir dua kali Putra menyetujui tawaran itu. Sudah lama dia ingin sekali mempunyai aktivitas di luar kampus. Dia pun menjadi voulenter di lembaga bantuan hukum yang awal keberadaannya di Palembang banyak membantu kasus-kasus penggusuran lahan yang merugikan masyarakat.
Tetapi, perjuangan lembaga bantuan hukum non profit itu selalu kandas di pengadilan. Penggusuran sulit sekali dilawan lantaran rezim Soeharto bagai gurita lapar yang sulit sekali ditaklukkan meskipun dengan mengucapkan nama Tuhan berjuta kali kepada para pendukungnya.
Kasus pertama yang diikuti Putra yakni membantu advokasi kasus penggusuran lahan di kawasan Jakabaring, Seberang Ulu Palembang. Kawasan itu akan direklamasi Pemerintah Daerah Sumatra Selatan.
Dari kasus itu pula Putra tahu pemerintah Sumatra Selatan akan merelokasi pemukiman penduduk di tepi Sungai Musi. Kabarnya, setelah reklamasi Jakabaring—selanjutnya akan dibangun sarana olahraga, perumahan penduduk, dan perkantoran pemerintah—di sepanjang tepian Sungai Musi yang membelah Kota Palembang, akan dibangun perhotelan, taman, dan sarana hiburan lainnya.
“Soeharto harus dilawan. Dia harus dijatuhkan agar rakyat Indonesia merdeka dan meraih keadilan sejati,” kata Putra berulangkali kepada beberapa temannya di kampus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar