Edisi Cetak Diterbitkan PUSTAKA MELAYU Tahun 2005

Rabu, 11 Februari 2009

Juaro 45

SEBUAH gelas dilempar Albert Membara ke cermin di ruang kerjanya. Tar! Pecahan kaca berserakan di lantai.
“Biarkan! Tidak usah dibersihkan,” kata Albert kepada Sofyan yang mau membersihkan pecahan kaca itu.
Albert Membara kesal karena Jai dipecat sebagai anggota Dewan.
Jai dipecat oleh partai politiknya lantaran media massa terus memberitakan latar belakang orang kepercayaan Albert Membara itu.
Pemberitaan dimulai dari pengakuan Halimah, mengenai latar belakang Jai, mantan suaminya. Kemudian pemberitaan mengenai pengakuan dan kesaksian orang-orang yang pernah mengenal Jai, termasuk Iman yang kini menjadi seorang ulama.
Sekitar 15 menit, Albert Membara dan Sofyan diam. Kedua mata Albert Membara ngabang. Sesekali terdengar gemeretak giginya. Tangannya berulang dipukulkan ke atas meja. Sofyan menundukan kepala, kedua tangannya mengusap dengkul kakinya.
“Aku minta besok pagi pengaduan ke pengadilan itu sudah masuk. Jadi kau suruh budak-budak pengacara itu cepat selesaikan. Kalu idak, mereka kutembak. Tau!”
“Ya, Pak,” jawab Sofyan.
“Na, jugo siapkan langkah keduo itu.”
“Beres, Pak.”
“Jangan beres-beres. Kalu kito gagal, kau dulu kutembak. Ngerti! Sano pergi.”
Albert mengambil beberapa butir obat penenang dari laci mejanya. Glek. Kemudian dia menghidupkan radio tapenya. Tak lama kemudian Albert tertidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar