Edisi Cetak Diterbitkan PUSTAKA MELAYU Tahun 2005

Selasa, 24 Februari 2009

Juaro 62

HOTEL milik Indra Wijaya selesai dibangun di Kampung 7 Ulu. Pada saat bersamaan Jai kembali ke Palembang. Tubuhnya kian bertambah tambun.
Atas rekomendasi Albert Membara, Jai bergabung dengan sebuah partai politik yang baru berdiri tetapi telah mempunyai wakilnya di Dewan. Kemudian, Jai terpilih sebagai ketuanya. Dan, melalui partai politik itu Albert Membara mencalonkan diri kembali sebagai Walikota Palembang.
Di hotel berlantai 30 milik Indra Wijaya, setiap malam, aku memijit atau mengurut mereka yang keletihan setelah bermain judi atau jalan-jalan mengelilingi kota Palembang. Kepada mereka, aku bercerita soal ikan-ikan juaro yang hidup di Sungai Musi. Menceritakan ikan juaro itu, aku seperti bercerita tentang keluargaku.
Setiap orang yang kali pertama mendengar ceritaku, pasti akan meneteskan air liurnya ke bantal dan kasur; mereka merasa lapar dan haus setelah mendengar ceritaku itu.
Lalu, sebagian dari mereka yang kuurut akan bercerita soal ikan yang pernah hidup di tanah kelahirannya. Namun, ikan yang diceritakan mereka tidak serakus ikan juaro. Maka tak heran bila rasa daging ikannya tidak segurih ikan juaro.
Saat ini aku mengerti betapa tidak berartinya sebuah cita-cita dan penolakan. Cita-cita dan penolakan adalah penerimaan total. Seperti yang kini dirasakan oleh mereka yang bercita-cita menjadi tukang pijit di hotel milik Indra Wijaya seperti aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar